ANCAMAN TERHADAP PRIVASI
Topeng silikon menimbulkan kekhawatiran akan risiko pelanggaran privasi di China. Di negara ini, banyak hal yang mengandalkan teknologi pengenalan wajah, misalnya untuk membuka ponsel, pintu kantor, atau bahkan rekening bank.
Seorang influencer asal China baru-baru ini merilis dua video yang masing-masing ditonton oleh 11.000 dan 60.000 orang. Dalam video tersebut, diperlihatkan bagaimana seseorang yang mengenakan topeng silikon mampu mengecoh sistem verifikasi wajah untuk membuka ponsel, akses masuk ke kantor, dan bahkan membayar di supermarket menggunakan Alipay.
Kong mengatakan risiko penggunaan topeng untuk menyamar menjadi orang lain telah menjadi bahan penelitian dalam beberapa tahun terakhir.
"Topeng-topeng ini telah digunakan untuk menguji akurasi metode deteksi wajah, dan pengujian kinerja berbagai metode ini telah menjadi semacam persaingan," kata dia.
Kong mengatakan hanyalah "orang dengan keterampilan tinggi" yang mampu menciptakan model 3D dari citra 2D.
"Jika ada yang mulai menggunakan model 3D yang dihasilkan dari gambar 2D untuk mengecoh sistem pengenalan wajah, kami baru akan khawatir, khususnya pada perangkat yang tidak memiliki algoritme pendeteksi kehidupan yang canggih."
CNA mendapati adanya beberapa pedagang di e-commerce China yang menawarkan topeng wajah yang bisa dipersonalisasi sesuai keinginan pembeli. Menurut laporan dari media China, harga topeng ini berkisar antara 3.000 hingga 25.000 yuan (Rp6,7 juta-56 juta).
Salah satu pedagang di Guangzhou yang dikontak CNA mengatakan produksi topeng seperti itu memakan waktu sekitar satu bulan.
Ketika ditanya informasi seperti apa yang dibutuhkan untuk membuat topeng semacam itu, pedagangnya berkata: "Jika ingin hasil yang lebih realistis, silakan datang langsung. Jika tidak bisa, kirimkan kami foto orang yang ingin direplikasi wajahnya dari berbagai sisi."
Dalam era sekarang ini. semua orang sebaiknya menyadari pentingnya menjaga lingkungan. Pendidikan memainkan peran penting dalam membentuk kesadaran ekologis siswa.
Salah satu cara efektif untuk mengajarkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah melalui pembelajaran berbasis proyek yang mengintegrasikan konsep-konsep lingkungan.
Sebagai contoh, memanfaatkan limbah kertas untuk membuat barang seni seperti topeng, payung atau benda lainnya. Kegiatan ini tidak hanya mengajarkan tentang daur ulang dan pengurangan limbah, tetapi juga mengembangkan kreativitas dan keterampilan siswa.
Karya-karya Topeng wajah ini merupakan bagian dari upaya sekolah dalam menerapkan konsep kehidupan berkelanjutan. Memanfaatkan sumber daya secara bijaksana dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Dalam konteks ini, bahan-bahan yang digunakan berasal dari limbah yang seharusnya menjadi beban bagi lingkungan. Namun dengan daya kreasi, limbah-limbah tersebut berubah menjadi karya seni yang memiliki nilai ekonomi dan ekologis.
Melalui proses pembuatan topeng, siswa tidak hanya belajar tentang teknik membentuk pada seni rupa. Tetapi juga menyadari betapa pentingnya menjaga lingkungan dengan cara mendaur ulang dan memanfaatkan limbah secara produktif.
Karya-karya ini tidak hanya berfungsi sebagai ekspresi seni, tetapi juga sebagai alat untuk menyampaikan pesan tentang keberlanjutan lingkungan kepada masyarakat luas.
Topeng wajah yang dibuat dari bahan kertas limbah, lem, dan bungkus makanan ini tidak hanya memancarkan keindahan seni. Tetapi juga menjadi bukti kreativitas siswa dalam memanfaatkan limbah untuk keberlanjutan hidup.
Setiap Topeng menggambarkan keunikan ekspresi wajah manusia. mulai dari ekspresi Sedih, marah, bahagia hingga serius. Menghadirkan karakter yang berbeda-beda. Lembaran kertas bekas yang disusun dengan teliti membentuk relief. Memberikan dimensi pada topeng sehingga terlihat hidup.
Sementara itu, lem, dan bungkus makanan yang menjadi elemen pengikat tidak hanya menambahkan tekstur pada karya. Tetapi juga menjadi simbol penting akan pentingnya mendaur ulang sampah untuk menjaga dan melindungi lingkungan.
Lihat Pendidikan Selengkapnya
FILOSOFI TOPENG (PERSONA)
Membahas tari topeng itu sebenarnya banyak yang bisa dikulik. Termasuk di antaranya mengingatkan saya tentang konsep Persona yang dikembangkan oleh seorang filsuf bernama Carl Jung yang menerangkan tentang karakter kejiwaan manusia.
Bahwa manusia itu pada dasarnya menggunakan satu persona (topeng) ke persona lainnya dalam menghadapi kehidupannya. Masalahnya : "terkadang kita menggunakan persona itu terlalu berlebihan sehingga menciptakan masalah baru dalam kehidupan kita. Atau justru kita menggunakan Persona yang sama terus menerus tanpa mempertimbangkan ruang dan waktunya sehingga tidak relevan atau sesuai. "
Bahaya lainnya adalah ketika kita menggunakan "topeng sosial" atau topeng yang kita bentuk di ruang publik, bisa menimbulkan ketakutan pada diri kita sendiri. Salah satu ketakutan yang akan muncul adalah rasa takut atas penilaian oleh orang lain terhadap kita.
Sehingga semakin lama kita akan menjadi seperti apa yang diinginkan orang lain, bukan berdasarkan atas keinginan jiwa kita sendiri. Pada akhirnya kita akan disibukkan dengan memenuhi tuntutan orang lain, bukan pada apa yang kita butuhkan. Contohnya bisa kita lihat dari kehidupan para selebritis.
Kita memang membutuhkan suatu persona tertentu saat berhadapan dengan keadaan dan orang yang tertentu pula. Kadang kita menggunakan persona sebagai seorang anak, orang tua, pelajar atau bahkan guru. Namun di saat yang bersamaan kita juga harus tahu kapan menanggalkan persona itu dan menggantinya dengan persona yang lebih tepat sesuai ruang dan waktu.
Persona yang disalah gunakan akan menimbulkan masalah baru bagi para pemakainya. Apalagi jika ia tak melepaskan sama sekali. Kita akan menjadi seseorang yang tidak seharusnya. Bahkan bertingkah laku yang tidak sesuai tempat dan waktunya. Hal ini bisa kita pelajari dari tari topeng.
Dari sekian banyak jenis tari topeng, saya akan mengambil contoh dari Tari Topeng Panca Bali dan karakter yang ada di dalamnya. Pada dasarnya Tari Topeng Panca juga dimiliki oleh daerah Cirebon. Dengan menampilkan karakter Topeng Panji, Samba, Rumyang, Tumenggung dan Kelana dalam satu pertunjukkan sekaligus.
Namun karena saya tertarik dengan kisah Dalem Waturenggong dan Brahmana Keling. Maka saya akan membahas tentang tari topeng Panca yang berasal dari Bali.
Topeng Panca Bali memiliki lima karakter topeng yang selalu ditampilkan dalam setiap pertunjukannya : Ada Topeng Dalem (Ratu), Topeng Keras, Topeng Tua, Topeng Penasar (bondres) dan Topeng Sidakarya.
Ada Topeng Keras yang sekilas mata nampak manis dan murah senyum serta ramah secara dzohirnya. Namun di balik kehangatan yang ditampilkan ada niat-niat busuk yang dibungkus dengan rapi dan tak kasat mata.
Ada Topeng Sidakarya yang sekilas mata terlihat brutal dan tidak menarik sama sekali. Namun siapa yang menyangka bahwa karakter yang ada dalam diri Sidakarya adalah seorang Resi atau Brahmana Keling.
Manusia itu mudah tertipu dengan apa yang dilihatnya, tetapi tidak bagi Tuhan. Dan terkadang atas KehendakNya, tipu daya itu akan diperlihatkan di hadapan orang-orang yang dikehendakiNya.
Kadang kita mudah tertipu dengan apa yang terlihat oleh mata. Tapi percayalah bahwa Tuhan tidak akan mudah tertipu dengan topeng-topeng kita. Karakter di balik topeng keras tidak akan pernah tertukar dengan karakter seorang Brahmana hanya karena ia terlihat manis, ramah dan hangat.
Pun sebaliknya meski topeng Sidakarya terlihat tidak menjanjikan, tetapi di balik topeng itu ada sosok yang sederhana, berwawasan dan bijaksana.
Apa pun jenis topeng yang sedang kamu pilih untuk digunakan, jangan lupa untuk meng-upgrade yang tak terlihat oleh mata manusia lainnya, Karakter ! Kalo perlu jangan lupa menanggalkan topengmu jika dibutuhkan. Karakter yang tertanam dalam diri manusia akan menjadi identitas abadinya. Bukan karena pengakuan diri, apalagi membayar agar dipuja puji ! Itu sih basi ! 😁 !
Manusia lain mungkin saja mudah tertipu dengan topeng yang kita gunakan, tetapi tidak bagi Tuhan. Tanpa kita sangka terkadang topeng itu akan dibuka oleh Tuhan di hadapan orang lain atas KehendakNya !
Dan itulah mengapa Tuhan selalu menilai "niat" kita, bukan penampilan.
Jadi pada dasarnya kita memang membutuhkan topeng sebagai persona untuk berhadapan dengan orang lain. Di saat yang bersamaan kita juga harus pandai mengatur kapan persona itu harus dipakai atau ditanggalkan.
Karakter adalah identitas diri kita yang sebenarnya. Jadi jangan sampai diabaikan. Sehingga kita tidak kehilangan diri kita yang sejati namun di saat yang sama kita bisa menjadi manusia yang mudah beradaptasi.
Belanja di App banyak untungnya:
Ada sebuah hadits yang menyebut bahwa Malaikat Maut memandang wajah manusia 70 kali sehari. Dikatakan, dalam aktivitasnya itu, malaikat yang juga disebut Izrail ini heran melihat tingkah manusia yang masih tertawa, sementara ajalnya sudah dekat.
Malaikat Maut adalah malaikat yang bertugas mencabut nyawa. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah As Sajdah ayat 11,
قُلْ يَتَوَفّٰىكُمْ مَّلَكُ الْمَوْتِ الَّذِيْ وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ اِلٰى رَبِّكُمْ تُرْجَعُوْنَ ࣖ
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Katakanlah, "Malaikat Maut yang diserahi (tugas) untuk (mencabut nyawa)-mu akan mematikanmu, kemudian kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan."
Adapun, hadits yang menyebut bahwa Malaikat Maut memandang wajah manusia 70 kali sehari termuat dalam Kitab At-Tadzkirah karya Imam Syamsuddin Al-Qurthubi. Ulama lain, seperti Imam as-Suyuthi turut meriwayatkannya dalam salah satu kitabnya.
Hadits tersebut berbunyi:
إن ملك الموت لينظر في وجوه العباد كل يوم سبعين نظرة، فإذا ضحك العبد الذي بعث إليه يقول: يا عجبا، بعثت إليه لأقبض روحه وهو يضحك
Artinya: "Sesungguhnya Malaikat Maut memandang wajah para hamba setiap hari 70 kali. Ketika manusia tertawa, Malaikat Maut yang diutus itu pun berkata: Sungguh aneh dia, aku diutus untuk mencabut rohnya, sedangkan ia masih sempat tertawa."
Imam Syamsuddin Al-Qurthubi menjelaskan, hadits tersebut diriwayatkan Abu Hadbah Ibrahim bin Hadbah dari Anas bin Malik RA, dari Rasulullah SAW. Dalam At-Tahrir Al-Murassakh dikatakan bahwa hadits tersebut adalah maudhu' atau palsu. Menurut Ibnu Hatim, Abu Hadbah adalah pendusta.
Selain itu, ada pula hadits yang menyebut bahwa Malaikat Maut berdiri di pintu rumah-rumah lima kali sehari. Hadits ini diriwayatkan secara marfu' pada khabar yang masyhur dalam Kitab Al-Arba'in, dari Anas bin Malik RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Tidak satu pun rumah, melainkan Malaikat Maut berdiri di pintunya lima kali sehari. Apabila dia menemukan seseorang sudah habis jatah makannya dan berakhir ajalnya, maka dia menimpakan sakaratul maut kepadanya, sehingga orang itu diliputi kesusahan-kesusahan maut dan dihimpit tekanan-tekanannya. Lalu, di antara keluarganya ada yang mengurai rambutnya, memukul-mukul mukanya, menangis saking sedihnya, dan berteriak menyesali kecelakaannya.
Maka berkatalah Malaikat Maut Alaihissalam, 'Celaka kalian, kenapa kalian kaget, kenapa kalian gusar? Aku tidak menghilangkan rezeki seorang pun dari kamu sekalian, aku tidak memperpendek ajalnya, aku tidak datang kepadanya kecuali diperintah, dan aku tidak akan mencabut nyawanya kecuali setelah aku baca daftarnya. Tapi, aku pasti akan datang lagi kepada kalian, kemudian akan datang lagi, sampai tidak ada seorang pun dari kalian yang aku biarkan hidup.'"
Nabi SAW bersabda, "Demi Allah Yang menggenggam jiwaku, andaikan orang-orang itu melihat di mana Malaikat Maut itu berdiri dan mendengar perkataannya, niscaya mereka tidak peduli lagi dengan keluarga mereka yang mati itu, dan niscaya mereka menangisi diri mereka sendiri.
Sehingga, manakala mayit itu dibawa di atas keranda, nyawanya melambai-lambai di atas keranda itu seraya berseru, 'Hari keluargaku, hai anakku, jangan sekali-kali kalian dipermainkan dunia, sebagaimana yang telah aku alami. Aku telah mengumpulkan harta dari yang halal dan tidak halal, kemudian aku tinggalkan harta itu untuk orang lain. Enak dia, dan aku yang payah. Maka berhati-hatilah, jangan sampai kalian ditimpa oleh sesuatu yang menimpaku.'"
Imam Syamsuddin Al-Qurthubi mengatakan tidak mengenali hadits tersebut. Wallahu a'lam.
TARI TOPENG, FILOSOFI HIDUP MANUSIA DAN PERSONANYA !
Kekayaan seni dan budaya di Indonesia memang bukan main-main. Bahkan dari satu jenis tarian yang memiliki konsep sama, mampu melahirkan sejarah dan jenis tarian yang berbeda.
Belakangan ini saya memang disibukkan dengan membuat riset tentang seni tari yang ada di Indonesia. Dari sekian banyak jenis tari, saya tertarik untuk membahas Tari Topeng. Tari Topeng adalah jenis tarian yang mampu berkembang di berbagai wilayah di Indonesia dengan ciri khasnya masing-masing.
Ciri khas ini bisa dilihat dari kostum, gerakan tari, aksesori bahkan sejarah yang digunakan dalam mengenalkam tari topeng.
Dalam beberapa artikel dan riset yang saya dapatkan. Tari Topeng pada masa kemunculannya justru berasal dari daerah Jawa Timur, terutama pada masa pemerintahan Raja Jenggala di abad 10 hingga ke 16. (Batiqa, Makna Tersembunyi Di Balik Tari Topeng Cirebon. Batiqa.com)
Penyebaran tari topeng dilakukan oleh para seniman jalanan sebagai bagian dari media berekspresi, sekaligus cara mereka untuk berdialog tentang keresahannya dengan masyarakat sekitar melalui karya seni.
Dalam setiap karakter yang ada pada tari topeng memiliki makna dan filosofi tertentu sesuai dengan budaya, letak geografi dan latar belakang daerahnya masing-masing. Meskipun secara konsep, tari topeng di berbagai daerah memiliki kesamaan, namun cerita yang disampaikan dalam tarian tersebut berbeda-beda.
Bermula pada masa pemerintahan Raja Jenggala di abad ke 10 hingga 16, Tari Topeng menjadi kesenian yang dianggap sakral dan mistis. Meski saat ini Tari Topeng menjadi identitas budaya pada masyarakat Cirebon dan sekitarnya, tetapi sebenarnya tari ini justru malah tumbuh dan berkembang di Jawa Timur hingga akhirnya berkembang di berbagai daerah di Nusantara.
Penyebaran tari topeng tidak hanya berhenti di Pulau Jawa, tetapi juga menyebrang hingga ke Pulau Dewata. Dalam Prasasti Blantih (1059 Masehi) telah mengungkapkan penggunaan topeng sebagai properti yang digunakan untuk menari.
Hal ini diperkuat lagi dalam Prasasti Ularan Plasraya (1460-1550) di mana pada masa ini area Gelgel di pimpin oleh Dalem Waturenggong mampu menakhlukkan Kerajaan Blambangan. Dalam penakhlukkan ini ada beberapa barang yang dibawa sebagai hasil rampasan perang. Salah satunya terdapat satu peti yang berisi topeng.
Dari kisah ini kita bisa membayangkan jika di abad 10, tari topeng memang sudah tersebar di mana-mana. Hal ini bisa kita lihat dari Prasasti Blantih di tahun 1059 Masehi. Di mana topeng sudah digunakan sebagai properti menari.
TARI TOPENG IRENG (DAYAKAN)
Dari Jawa Barat kita menuju ke arah timur, di daerah Magelang, Jawa Tengah. Di mana di daerah Kecamatan Borobudur, berkembang sebuah tarian yang disebut dengan Tari Topeng Ireng. (Kusuma, Putri Tiah H. Tari Topeng Ireng : Asal, Daya Tarik dan Perkembangannya, 2022)
Tari ini berkembang di tahun 1950, di mana masa perjuangan kemerdekaan RI masih membara. Terlebih di masa ini, Indonesia baru saja mengalami agresi Militer 1 (1947) & 2 (1948-1949) yang dilakukan oleh Belanda untuk melemahkan sikap mental para pejuang Indonesia.
Namun para pejuang kita tidak kurang akal dalam menanamkan semangat perlawanan dan perjuangan. Salah satunya melalui media seni tari. Itulah mengapa dalam gerak seni Tari Topeng Ireng mirip dengan gerakan bela diri. Gerakan tari topeng terkenal energik dan percaya diri saat ditampilkan. Hal ini karena gerakan dalam beladiri di kamuflasekan menjadi gerak tari.
Pun dalam iringan musik yang ditampilkan juga mengandung petuah-petuah kebijaksanaan. Bahkan tak jarang lirik dan syair yang digunakan sarat akan ajaran agama dan mengingatkan ketika tentang Ketuhanan.
Semakin ke area timur, kita menyebrang ke Pulau Dewata. Di mana di Pulau ini ada juga kesenian topeng dengan konsep yang sama namun ditampilkan dengan cerita yang berbeda.
Dibandingkan tari Topeng Cirebon yang lebih sederhana dalam mengkategorikan jenis tarinya, dalam tari topeng Bali tidak hanya dibedakan jenis tarinya saja. Tetapi juga jenis topeng yang digunakan dalam pertunjukkan.
Kita tahu bahwa tradisi dan budaya yang berkembang dalam masyarakat Bali dipengaruhi oleh strata sosialnya. Hal ini juga berpengaruh pada kesenian topeng. Ada beberapa jenis topeng Bali berdasarkan strata sosialnya dan tentu saja digunakan untuk acara yang berbeda, di antaranya :
Sementara berdasarkan fungsi ada tiga jenis Topeng yakni :
Salah satu contoh topeng yang dikeramatkan dan masuk dalam kategori Topeng Wali adalah Tari Topeng Tua Bali.
Ada juga Topeng Panca Bali yang menampilkan lima (hingga tujuh) karakter topeng dalam setiap pertunjukannya. Topeng Panca merupakan topeng Bebali yang sering digunakan dalam pertunjukan pengantar upacara adat.
Dalam Tari Topeng Panca ada lima karakter yang biasanya ditampilkan per babak seperti tari topeng Cirebon, yakni Topeng Dalem (Topeng Ratu), Topeng Keras, Topeng Tua, Topeng Penasar (Bondres) dan Topeng Sidakarya. Masing-masing topeng pada dasarnya menggambarkan karakter manusia yang berbeda-beda.
Cerita dalam tari Topeng Panca Bali biasanya mengambil kisah dari Raja Gelgel, Dalem Waturenggong yang ingin melaksanakan suatu acara keagamaan di dalam Pura Agung Besakih, Bali. Di saat yang bersamaan ada seorang Resi atau Brahmana Keling yang berasal dari Jawa Timur berada di Pulau Dewata untuk mencari keluarganya.
Ternyata keluarga yang ia cari, tak lain adalah Dalem Waturenggong. Namun karena kondisi dan keadaan Brahmana Keling yang terlihat lusuh dan tidak menarik. Membuat Dalem Waturenggong malu mengakui keberadaannya sebagai saudara.
Hal ini kemudian membuat Sang Brahmana menjadi kecewa dan mengucap janji yang menyebutkan bahwa acara agung apa pun yang akan diselenggarakan dalam Pura Agung Besakih akan mengalami kegagalan. Ucapan janjinya seperti berikut ini :
"Wastu Tata Astu, karya yang dilaksanakan tan sidakarya (tidak sukses), bumi kekeringan, rakyat kekeringan, sarwa gumatad-gumitid ngrubed." - (Octaria, Dehweys. Topeng Sidakarya : Mengenal Sejarah dan Perkembangan Budayanya, 2022, detik.com)
Kutukan Sang Brahmana pun menjadi kenyataan, sehingga membuat Sang Raja, Dalem Waturenggong merasa menyesal dan ingin menemui Sang Brahmana untuk memohon ampun dan meminta maaf. Karena kebesaran hati Sang Brahmana, ia pun memaafkan dan kemudian ia diberikan gelar "Dalem Sidakarya" oleh Sang Raja. Gelar ini disimbolkan melalui Topeng Sidakarya.
Untuk mengingat kisah dan kejadian ini, kemudian diciptakan tari Topeng Panca Bali. Agar generasi berikutnya tetap mengenal sejarah yang pernah terjadi dalam masyarakatnya.
Hasil Pencarian Wajah Masker Topeng Hitam Putih
Maaf, barangnya tidak ketemu
Coba cek lagi kata pencarianmu.
Belanja di App banyak untungnya:
Blog Seni Indonesia - ewafebriart.com | TARI TOPENG, FILOSOFI HIDUP MANUSIA DAN PERSONANYA !
Baru-baru ini saya banyak belajar tentang tari Topeng dari beberapa wilayah di Indonesia. Dan yang menarik adalah ketika saya belajar tentang Tari Topeng Panca Bali, yang merupakan sendratari dari Pulau Dewata dengan segala macam karakternya.
JENIS-JENIS TARI TOPENG
Membahas jenis tari topeng itu sangat banyak sekali. Karena dalam setiap daerah bisa lahir berbagai macam jenis dan karakter. Di antaranya ada :
Yang paling terkenal dan remarkable adalah tari topeng Cirebon. Di mana dalam setiap penampilannya di bagi beberapa babak dengan menampilkan karakter topeng yang berbeda-beda.
Ada beberapa karakter topeng yang ditampilkan dalam pertunjukkan. Kelima karakter ini juga memiliki gerak tari yang berbeda sesuai dengan karakternya masing-masing :
Dalam setiap pertunjukan tari Topeng, biasanya para penari akan menampilkan lima karakter tersebut dalam babak yang berbeda-beda. Jika kita perhatikan dengan saksama, alur babak dalam pertunjukan tari topeng ini menyerupai kehidupan manusia. Dari mulai putih (suci) hingga menjadi tua dan bijaksana.
Dan umumnya manusia yang bijaksana adalah mereka yang mampu menakhlukan sosok Kelana dalam dirinya.
Dalam pertunjukkan tari Topeng terkadang setiap tarian dengan karakternya masing-masing bisa dibawakan secara terpisah dan bisa ditampilkan juga dalam bentuk grup atau perorangan.
Tari Topeng Betawi cenderung menjadi tari topeng terbaru karena tarian ini berkembang sekitar abad ke 20. Tari Topeng Betawi merupakan tarian yang diangkat dan dikembangkan dari Tari Topeng Cirebon sehingga secara gerak tari, pakem tari Topeng Betawi memiliki kemiripan.
Yang menjadi ciri khusus dari tari topeng Betawi adalah para penari (dalang) tidak boleh bersikap murung pada saat menari. Hal ini bisa juga dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat bahwa tari topeng Betawi mampu menolak bala (keburukan). Oleh sebab itu para penari tidak boleh memperlihatkan wajah sedih atau murung pada saat menari.
Secara psikologi hal ini tentu berpengaruh bagi para penontonnya ya ? Ya kan manusia itu menontoh pertunjukkan atau hiburan untuk menghilangkan penat dan kesedihan yang ia rasakan. Kalo hiburan yang ia tonton justru memperlihatkan wajah murung dan sedih tentu akan menyebabkan mereka mengingat tentang kemalangan yang sedang mereka hadapi ya ?
Secara konsep tari topeng Betawi sangat mirip dengan tari Topeng Cirebon dengan lakon-lakon yang juga sama. Namun secara gerakan tari dan kostum yang digunakan sedikit mengalami perubahan atau modifikasi sesuai dengan ciri khas daerahnya.
Dalam rangkaian pertunjukan tari Topeng biasanya akan dilengkapi dengan bebodoron. Di mana ada kisah atau dialog yang disampaikan kepada penonton dengan cara melucu atau berbentuk lawakan.
Hal ini sebenarnya merupakan sarana untuk menyampaikan kritik dan isu-isu sosial yang dikemas dalam humor, sehingga siapa pun yang mendengar tidak mudah baper (bawa perasaan) apa lagi tersinggung.